Sabtu, 21 November 2009

Pendidikan untuk Perempuan

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Hari ini aku mulai langkahku memasuki komunikasi dunia maya ini. Pengennya sih berbual-bual soal-soal hidup dari sisi diriku yang seorang ibu, istri dan muslim. Siapa tahu pendapat atau pengalamanku berguna buat orang lain dan aku pun bisa mendapat saran/anjuran yang berguna.

Subyekku hari ini adalah soal pendidikan buat perempuan.
Jika yang dibicarakan adalah kemampuan baca tulis,rasa-rasanya sekarang sudah bukan masalah yang menyulitkan. Bukannya sekarang insyaallah sudah banyak lembaga yang mengurus soal pendidikan dasar, pemerintah maupun swasta. Anak-anak usia sekolah umumnya dengan mudah melewati periode belajar membaca dan menulis dan sedikit ilmu pengetahuan dasar, anak laki-laki atau perempuan.

Yang kutandai dari masyarakat di sekitarku adalah pola pikirnya. Orangtua, yang tua usianya maupun yang masih muda, dan anak-anak (usia SD, SMP,SMA) sebagian masih membedakan pandangan masa depan bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki harus sekolah dengan serius, harus mendapat pendidikan setinggi-tingginya (untuk yang secara ekonomi mampu). Anak perempuan cukup asal tiap tahun naik kelas saja, syukur-syukur bisa pintar. Laki-laki harus pintar, supaya bisa mencukupi keuarganya dan bisa mendapat kedudukan yang tinggi di masyarakat. Perempuan harus didandani dengan elok penampilannya, dan diajari tingkahlaku yang santun agar mendapat pasangan yang terhormat dan bermasadepan cerah.
jika suatu saat terjadi musibah(hamil sebelum nikah), biasanya si perempuan yang harus menanggung, berhenti sekolah, ngurus anak dan berhenti pula bercita-cita. Ada juga sebagian kecil (amat sangat) keluarga yang meminta anak perempuannya untuk mengikuti paket C demi atau agar bisa mengimbangi suaminya yang, tentu saja, walaupun menikah diam-diam ,tetap melanjutkan pendidikannya seperti tidak terjadi apa-apa.

Dulu pernah ada pepatah surga nunut neraka katut (bhs jawa:ke surga numpang, ke neraka terbawa).Celaka sekali perempuan yang dibesarkan dengan bekal prinsip demikian ini. Kalau pun beruntung mendapatkan suami sholeh yang makmur rejekinya dan sayang keluarga, siapa yang menjamin sang suami akan hidup terus dan berumur cukup panjang untuk selalu siap mendampinginya? Siapa yang menjamin kesejahteraan dan kenyamanan ekonomi akan berlangsung lancar terus tanpa suatu saat sang isteri harus turun tangan mengambil alih tugas suami?

Jangan bermimpi. Lihat saja contoh-contoh kejadian semacam ini di sekitar kita.

Dalam sejarah islam sendiri telah dibuktikan, semua tokoh-tokoh besar dan hebat adalah mereka yang beruntung dilahirkan dan dibesarkan oleh para perempuan yang berpendidikan lebih dari perempuan lain pada umumnya. Memang , bekal mereka bukan hanya pendidikan, tetapi juga, disiplin, akhlak dan keikhlasan.